Thursday, March 22, 2007

TUBERCULOSIS PARU PADA ANAK

PENGERTIAN


Tubercuosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, yaitu suatu bakteri tahan asam. (Suryadi. & Yuliani. 2001)


ETIOLOGI


• Mycobaterium tuberculosa


• Mycobaterium bovis


• Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh mycobacterium tuberculosis :


• Herediter : resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan secara genetik


• Jenis kelamin : pada akhir masa kanak- kanak dan remaja, angka kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan


• Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi


• Ada masa puber dan remaja dimana terjadi masa pertumbuhan yang cepat, kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit yang tidak adekuat.


• Keadaan stress: situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang nutrisi, stress emisonal, kelelahan yang kronik)


• Meningkatkan sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.


• Anak yang mendapatkan terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih mudah.


• Nutrisi status nutrisi yang kurang.


• Infeksi berulang : HIV, measles, pertusis


• Tidak mematuhi aturan pengobatan.


PATOFISIOLOGI


• Masukan kuman tuberkulosis ke dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit. Infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberkulosis serta daya tahan tubuh manusia.


• Segera setelah menghirup basil tuberculosis hidup kedalam paru-paru, maka terjadi eksudasi dan konsolidasi yang terbatas disebut fokus primer. Basil tuberkulosis akan menyebar, histosit mulai mengangkut organisme tersebut kekelenjar limpe regional mellaui saluran getah bening menuju kelenjar regional terjadi sekitar 2 – 10 minggu (6-8 minggu) pasca infeksi.


• Bersamaan dengan terbentuknya kompleks primer terjadi pula hypersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui melalui uji tuberkulin. Masa terjadinya infeksi sampai terbentuknya kompleks primer disebut masa inkubasi


• Pada anak yang lesi, dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama di perifer dekat pleura, tetapi lebih banyak terjadi dilapangan bawah perlu dibanding dengan lapangan atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar regional serta penyembuhannya mengarah ke kalsifikasi dan penyebarannya lebih banyak terjadi melalui hematogan.


• Pada reaksi radang diamna lekosit polimorfonuklear tampak pada alveoli dan memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian basil menyebar ke Limfe dan sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit T menjadi sensitive terhadap organisme TBC dan membebaskan limfokin yang merubah makrofag atau mengaktifkan magrofak. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Penumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa nekrosis yang tertinggal., atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis pada bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat seperti keju, yang disebut nekrosis kaseosa.


• Terdapat 3 macam penyebaran secara patogen pada tuberkulosis anak, penyebaran hematogen tersembunyi yang kemuidan mungkin timbul gejala atau tanpa gejala klinis. Penyebaran hematogen umum, penyebaran milier, biasanya terjadi sekaligus dan menimbulkan gejala akut, kadang-kadang kronis, penyebaran hematogen berulang.


MANIFESTASI KLINIS


• Demam, malaise, anoreksia, berat badan menurun, kadang-kadang batuk (batuk tidak selalu ada, menurun sejalan dengan lamanya penyakit, nyeri dada, hemoptysis


• Gejala lanjut (jaringan paru-paru sudah banyak yang rusak) : pucat anemia, lemah dan berat badan menurun.


• Permulaan tuberkulesis primer biasanya sukar diketahui secara klinis karena mulainya penyakit secara perlahan. Kadang tuberculosis ditemukan pada anak tanpa gejala atau keluhan. Tetapi secara rutin dengan uji tuberculosis primer dapat berupa demam yang naik turun selama 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek. Gambaran klinisnya demam, batuk, anoreksia, dan badan menurun.


PEMERIKSAAN PENUNJANG


• Pemeriksaan fisik


• Riwayat penyakit : riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi penyakit


• Reaksi terhadap test tuberculin reaksi test positif (diameter = 5 mm) menunjukkan adanya infeksi primer.


• Radiologi terdapat kompleks primer dengan atau tanpa perkapuran, pembesaran kelenjar paratrakeal, penyebaran bronkogen, atelektasis, pleuritis dengan efusi, cairan asites.


• Kultur sputum : kultur bilasan lambung atau sputum, cairan pleura, peritonium, kulit ditemukan tuberculdan basil tahan asam


• Uji BCG reaksi positif jika setelah mendapat suntikan BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah penyuntikan.


• Infeksi TB : hanya diperlihatkan oleh skin test tuberkulin positif.


• Penyakit TB : gambaran radiologi, positif, kultur sputum positif dan adanya gejala – gejala penyakit.


PENATALAKSANAAN MEDIS


• Nutrisi adekuat


• Kemoterapi : Pemberian terapi pada tubercolusis didasarkan pada 3 karakteristik basil, yaitu basil yang berkembang cepat ditempat yang kaya akan oksigen , hasil yang hidup dalam lingkungan yang kurang oksigen , basil yang hidup dalam lingkungan yang kurang oksigen berkembang lambat dan dorman – hingga beberapa tahun, basil yang mengalami mutasi sehingga resisten terhadap obat. Isonized (INH) bekerja sebagai bakterisidal terhadap basil yang tumbuh aktif, diberikan selama 18 – 24 bulan, dosis 10-20 mg/kgbb/hari melalui oral. Selanjutnya kombinasi antara INH, rifampizin, dan pyrazinamid (PZA) diberikan selama 6 bulan. Selama dua bulan pertama obat diberikan setiap hari, selanjutnya obat diberikan dua kali dalam satu minggu. Obat tambahan antara lain streptomycin (diberikan intramuskular) dan ethambutol. Terapi kortikosteroid diberikan bersama dengan obat antituberkulosis, untuk mengurangi respon peradangan, misalnya pada meningitis.


• Pembedahan : dilakukan jika kometerapi tidak berhasil. Dilakukan dengan mengangkat jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki kelainan tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip granulomatosa tuberkulosis atau untuk reseksi bagian paru yang rusak.


• Pencegahan : Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil tuberkolusis, mempertahankan status kesehatan dengan intake nutrisi yang adekuat, meminum susu yang sudah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan kometerapi, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis virulen.


KOMPLIKASI


• Meningitis


• Spondilitis


• Pleuritis


• Bronkopneumoni


• Atelektasis






SILAHKAN ISI SARAN ATAU PERTANYAAN ANDA...!


Nama



E-Mail

Homepage Anda




Komentar/saran